Artikel Pemenang Lomba
Juara 1 Lomba Bercerita Lingkungan dalam Tulisan, 5 Juni 2015
JALAN-JALAN
KE PASAR BERINGKIT
DISANA
BERTEMU GADIS CANTIK
JIKA KAMU
TIDAK MAU SAKIT
MARI KITA
LAWAN SAMPAH PLASTIK
Oleh Dewa
Padma
SMPN 3 Ubud
Sejak tahun 2014, sekolahku SMP
NEGERI 3 UBUD bekerja sama
dengan Rumah Kompos Padang Tegal untuk memerangi sampah plastik. Setelah
beberapa bulan bekerja sama dengan Rumah Kompos, sekolahku dipilih untuk
mengikuti lomba sekolah sehat atau UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) se Propinsi
Bali. Walaupun sekolahku masih dikatakan muda yakni berdiri pada tahun 2008,
tapi dengan prestasi, lingkungan yang bersih, dan keunggulan lainnya sekolahku
dipercaya untuk mewakili Gianyar.
Sebelum sekolahku mengikuti lomba sekolah sehat, warga sekolahku
sangat giat dan semangat untuk memerangi sampah plastik bersama Rumah Kompos
Padang Tegal, karena kami murid beserta guru di SMP NEGERI 3 UBUD sadar akan
bahaya sampah plastik, terutama yang dikhawatirkan adalah timbulnya
penyakit-penyakit ganas seperti kanker, asma, hepatitis, demam berdarah,
rusaknya syaraf dan depresi serta penyakit lainnya.
Dengan adanya program
kerjasama sekolahku dengan Rumah Kompos Padang Tegal, sekolahku membuat program
baru yaitu setiap hari sabtu, murid-murid mencari sampah plastik yang ada di
rumah maupun di jalan dekat rumah untuk dibawa disekolah, dan diangkut ke Rumah
Kompos Padang Tegal untuk dipilah, dan diproses lebih lanjut agar tidak terjadi
dampak negatif kepada kita semua.
Bukan hanya itu saja, ada juga program baru untuk KKR (Kader
Kesehatan Remaja) khusus pengolahan sampah, setiap istirahat KKR pengolahan
sampah akan mencari dan memungut sampah organic maupun non organik apabila
masih berserakan di Sekolah. Sampah organik dan non organic dipisahkan/dipilah
oleh KKR pengolahan sampah, untuk sampah organik akan diolah menjadi pupuk
organic untuk tanaman-tanaman indah di sekolah.
Aku selaku KKR Pengolahan
sampah sangat senang karena dapat membantu membersihkan sekolah dari bahaya sampah plastik. aku dan
teman-teman sangat haru melihat lingkungan sekolah yang kotor karena sampah
plastik, karena kami sadar akan bahayanya. Faktor-faktor Bahaya sampah plastik
yang dapat menimbulkan penyakit salah satunya ketika dibakar akan menimbulkan
zat dioksin (senyawa) yang apabila dihirup manusia akan menimbulkan penyakit
asma, kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan system syaraf dan depresi.
Selain itu juga akibat pembuangan sampah ke sungai akan menyumbat dan akhirnya
terjadilah banjir atau genangan air yang dapat mengakibatkan penyakit demam berdarah, apalagi sampah plastik
yang dibuang disungai masuk ke daerah
persawahan!,
Katakan "No"! pada plastik, karena sampah non organik
ini salah satu yang paling berbahaya dan sulit diatasi. Apabila sampah plastik
itu terkena sinar matahari, maka sampah plastik akan menghasilkan dioksin
(senyawa) yang berbahaya, dapat menyerap ke bawah tanah dan meresap dengan
tanaman sekitarnya, misalnya padi. Jadi jika padi sudah panen dan siap untuk
dijadikan nasi, lalu dimasak akan terlihat seperti biasa. Namun, sebenarnya ada
zat Dioksin yang berbahaya bagi manusia.
Sampah plastik jika dilihat dengan mata terasa tidak bahaya,
bahkan biasa-biasa saja, namun menurut penelitian sampah plastik sangat
berbahaya, apalagi saat dipanaskan akan mengeluarkan zat dioksin. Baik sampah
yang dibakar, maupun makanan panas yang tersimpan dalam plastik panas. Salah
satu contohnya adalah saat anda membeli bakso keliling dengan wadah plastik,
dan contoh lainnya adalah menggunakan gelas plastik/sisa minuman untuk
dijadikan gelas ngopi, faktor inilah yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
parah.
Dioksin mudah larut dalam lemak, dan sangat stabil bertahan di lingkungan
kita, terutama dalam tubuh. Apabila dioksin masuk ke tubuh kita maka kita akan rentan
menderita penyakit kanker, gangguan hati, gangguan ginjal, anemia, penebalan
dinding rahim, kemandulan, tumor organ reproduksi, dan lain sebagainya.
Misalnya, apabila anda menderita gangguan ginjal maka anda harus rajin mencuci
darah, biaya mencuci darah sangat mahal. Biaya yang paling murah sekisaran Rp.
250.000,- sampai jutaan rupiah. Dan pencucian darah harus rutin dilaksanakan,
karena jika tidak maka nyawa taruhahannya. Sehat itu memang mahal, namun murah
jika kita dapat mencegahnya! Ayo cegah adanya sampah plastik di bumi ini! Khususnya
di Bali, sebagai daerah pariwisata terkenal, jangan sampai wisatawan asing atau
domestik menghindari liburan ke pulau dewata yang indah ini karena banyaknya
sampah plastik!
Sekolahku juga mendapatkan bantuan
berupa kerangkeng untuk penampungan sampah plastik senilai Rp. 5.500.000,- dari
salah satu bank terbesar di Dunia, yaitu HSBC (The Hongkong Shanghai Banking
Corporation) langsung diterima oleh bapak kepala sekolah kami yang dulu yaitu
pak Made Sukaja di pesisir pantai Legian.
Penghargaan ini tak akan
bisa kami dapatkan, tanpa bantuan dari pihak Rumah Kompos Padang Tegal yang
sudah mau membantu menjaga kebersihan sekolah kami SMPN 3 UBUD, dan sekolah
kami pun menjadi salah satu contoh positif bagi sekolah lain, terutama sekolah
yang berada di Bali untuk memerangi sampah plastik.
Tapi entah kenapa, setelah selesai lomba sekolah sehat atau UKS
program-program kerjasama dengan Rumah Kompos Padang Tegal tidak lagi
berlanjut, tapi aku berharap program ini lancar kembali seperti dulu agar
siswa-siswi SMPN 3 Ubud, khususnya siswa-siswi tahun ajaran baru dapat
mengetahui bahaya sampah plastik dan mau memerangi sampah plastik demi
kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan kita!
Manajer Rumah Kompos Padang Tegal, kak Supardi, bercerita saat
dirinya mendaki di Gunung Abang baru-baru ini. Saat itu kak Supardi mendaki
bersama tamu-tamu bule. Orang bule heran karena di lereng Gunung Abang yang
sepi sampahnya banyak sekali. Dari mana sampah itu berasal? Dari 1 atau dua
rumah saja? Karena di lereng yang jarang penduduk itu hanya ada satu rumah setiap
rata-rata 2 km. Herannya, di sepanjang jalan sepi dan di sekeliling rumah
tersebut banyak sekali sampah plastik berserakan.
Walaupun berasal dari luar Bali, kak Supardi sangat tersentuh
dengan ajaran Hindu "Sarvam Khalu Idam Brahman" yang artinya semua
yang ada di dunia ini adalah perwujudan Tuhan. Maka dari itu, kak Supardi dan
teman-teman relawan sampah, ikut serta melawan sampah plastik di bumi ini!
Aku dan teman-temanku sangat senang dan bangga jika memiliki
lingkungan bersih, karena dengan lingkungan bersih penyakit seganas demam berdarah
atau apapun tidak akan bisa menghampiri kita. Aku sangat terharu kepada sampah
yang berserakan disekeliling jalan, apalagi sampah yang berada di sekitar
tempat wisata, seperti Ubud. Karena Bali adalah tempatnya para wisatawan asing
untuk berlibur, jika banyak sampah maka Bali pun sepi wisata, dan ekonomi pulau
ini akan berkurang.
Namun, semoga dengan adanya Rumah Kompos Padang Tegal, dan pihak
terkait yang membantu menjaga kebersihan lingkungan di Bali, Bali pun akan
tetap menjadi Pulau Surga tempatnya orang berpariwisata!
Bali juga kaya keindahan pantai, banyak wisatawan asing yang memilih
berlibur ke pantai di Bali, jika pantai bali terkotori oleh sampah, maka sumber
sumber penghasilan pun akan hilang! Maka dari itu, lawan sampah plastik di
Pulau Dewata (Bali) yang indah ini. Selamatkan Bali dari sampah plastik!
***************************************************************************
Juara 2 Lomba Bercerita Lingkungan dalam Tulisan, 5 Juni 2015
Komunitas Kecil Pemelihara Lingkungan
I Putu Pebi Putrawan.
VIII i.
SMP NEGERI 2 UBUD.
Penyelamatan lingkungan memang harus dan wajib di lakukan oleh setiap orang di jaman globalisasi ini. Dimana masa yang sangat
genting ini tak perlu lagi materi yang terlalu berlebihan. Kita sudah sepantasnya menerapkan
dan memberikan wujud nyata terhadab penanganan
sampah yang mengancam bumi pertiwi kita
ini. Lihat saja pantai Kuta yang di kenal keindahanya sampai ke manca negara dan kini sering menjadi menjadi lautan sampah,
terutama di puncak musim penghujan antara Desember hingga Maret. Para wisatawan
yang mulanya ramai sekarang mulai meninggalkan Kuta.
Bila
masyrakat Ubud tidak sadar terhadap linkunganya yang mulai rusak. mungkin dalam
waktu yang sinngkat Ubud juga akan bernasib sama selayaknya Kuta. Oleh sebab
itu atas kesadaran saya sendiri saya membuat” komunitas pemungut sampah.” Komunitas
ini berdiri tanpa disengaja pada tiga tahun yang lalu . Pada awalnya saya
bermain layangan di sekitar areal persawahan Penestanan. Pada waktu itu juga
layangan saya putus. Akirnya ada seorang bule asal Amerika yang sedang berjalan-jalan yang
melihat layangan saya putus. Bule itu adalah majikan ibu saya yang bernama
“Bapak Don”.
Dia menawarkan
kerjasama kepada saya, mengatakan “jika anda mau saya bisa memberi anda pekerjaan
memungut sampah di area jalanan supermarket Bintang” dengan melihat tawarannya
itu saya mulai berpikir jika saya mau maka saya bisa membeli layangan dan saya bisa praktek berbahasa Inggris dengan
bule tersebut. Setelah berpikir panjang saya akirnya menerima tawaran bule
tersebut.
Pada
hari pertama saya mendapatkan teman kerja, secara tak sengaja. Dia bertanya
kepada saya “apa yang kamu lakukan di
disini…?” Saya pun menjawab pertanyaannya
” saya sedang bekerja”. Akirnya setelah kami bercakap-cakap dia tertarik
untuk ikut bekerja dengan saya memungut sampah .dan saya mengajak teman saya
yang bernam Heri ini untuk bertemu bapak Don,
untuk menanyakan apakah dia bisa ikut bekarja dengan saya. Bapak Don
menyetujuinya, dia berkata “jika anda mengajak banyak teman, saya harap anda bisa bekerja sama
dengan baik! Mungkin bila anda mengajak banyak teman itu akan lebih baik untuk
memepercepat pekerjaan anda ..”
Muali
sejak itu lah komunitas kami berdiri. hingga seiring waktu komunitas kamipun
bertambah anggota hingga saat ini kami masih melakukan kegiatan memungut sampah
di dua areal yaitu di area sekitar Bintang dan di area pura Ulun Danu Penestanan.
Kami bekerja tidak bukan untuk mendapatkan hasil yang banyak, tetapi karena kesadaran terhadap
bumi pertiwi yang mulai rusak Karena
ulah manusia yang tidak bertanggung.
Alasan
kami tetap melakukan ini adalah melihat
seorang bule Amerika yang bukan keturunan orang Bali bahkan tak ada darah
Indonesia yang mengalir pada dirinya, yang mau menjaga alam Bali agar tetap asri dan lestari. Menrut saya
bapak Don sudah melaksanakan ajaran tri hita karana. Pertama karena bapak Don
mengajarkan kami tentang bahaya sampah, dan dia menganjurkan melakukan kegitan membersihkan
alam, tentu Tuhan akan memberikan berkatnya. Kedua karena dia sangat
memperhatikan penkerjaan kami apakah benar-benar bersih apakah belum. Tentu itu
akan membuat alam tersenyum melihat kebaikanya. Ketiga karena dia mengajarkan
kami tentang sampah plastik dan mengajak kami memungut sampah tentu membuat
kami bahagia karena kami mampu menjaga alam Bali. Itulah mengapa kami bangga
terhadap kemuliaan hati seorang Bapak Don.
Kegiatan
komunitas kami tak sampai di situ. Dalam setiap kesempatan kami menggunakan
internet sebagai tempat kami memberi informasi seperti bahaya membakar plastik,
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, pola membuang sampah sembarangan walau
itu di tempat yang jauh dari perairan, dan pembangunan terus menerus dengan
menggunakan kata sindiran. Ini adalah ciri kas kami yang menurut saya pribadi
penggunaan kata-kata tersebut adalah satu-satunya cara agar informasi kami akan
selalu diingat,oleh setiap orang
Masalah
paling serius dihadapi Ubud adalah pembangunan yang tidak terkontrol. Ini
disebabkan karena pola pikir pendek dari dari para petani yang tinggal di
wilayah Ubud. Bayangkan saja bila sawah di Ubud hilang karena terus di bangun
vila dan hotel, apakah yang akan kita makan bila sawah itu hilang. Karena
hilanngnya sawah otomatis tak ada lagi pemandangan di wilayah ubud. Dan tak ada
lagi yang menarik di kunjungi ke wilayah ubud. Otomatis perekonomian Ubud juga
akan terhenti.
Oleh
sebab itulah kita harus menjaga sawah
kita dengan baik agar masa kejayaan Ubud tetap ada sampai anak dan cucu
menikmatinya.dengan cara memberikan sosialisasi pertanian kepada petani agar
tetap mempertahankan sawahnya. Dan juga memberi i keuntungan dari kegiatan
bertani kususnya organik agar anak muda lebih tertarik terjun kedunia
pertanian. Dengan utuhnya pemandangan. Ubud bisa dikenang sepanjang masa dengan
keindahan alamnya dan keindahan budayanya.
Oleh
sebab itu jagalah alm Bali agar tetap asri dan lestrai, jangan di saat alam itu
masih indah kita banggakan dan di saat alam itu rusak kita abaikan selayaknya
sampah.
*****************************************************************************
Juara 3 Lomba Bercerita Lingkungan dalam Tulisan, 5 Juni 2015
Recycle Product Competition (RPC)
by Ni Putu Shintia Wedani
SMA 1 Ganyar
Hey I am Shintia, I would like to share with you about an event at my
beloved school, DOSMAN. The event is namely MARFEST, Malini Art Festival. It is
celebrated every year after the exam has been done. The purpose of this event
is to increase the art creativity of students in Senior High School No 1
Gianyar. There are many competitions held in this event, those are English
storytelling, funny poetry, composing the dances, robotic, pantomime, wall
magazine, Drama by English or Balinese language, creativity on making young
coconut leaves, photograph, poster, and RPC.
In
my opinion, the most interesting competition is RPC, Recycle Product
Competition. It is usually done before the MARFEST highlight. This competition
is joined by some of class representative (5 till 6 people). The product used
in RPC such as bottles, magazine, used papers, used books, dried leaves, and
the other materials which serve to beautify the shape, appearance and
packaging. It will be held at school and the product will be sold in school
showroom. The purpose of RPC are to increase the students creativity of recycle
the waste thing at Senior High School No 1 Gianyar and also develop the students
creativity in recycling the waste thing, which will also have the opportunity
to represent the school in similar events.
Last
year my friend and I made sandals from old news papers, cardboard,
black sponge, and frame or rim of aquarium. The steps that we conducted were;
first, we made the sketch of the sandals on the cardboard. After that, we cut
the sketch to be a shaped of sandals. Next we set the ropes and stuck the black
sponge by glue on the cardboard. And then we dried them under the sunlight for
5 to 10 minutes. After the sandals was enough dried we took and decorated them
by old news paper, it was twisted and we stuck on the edge like a frame of that
sandals, we also used paint colors for making a colorful products, and some
additional ornaments to decorate the shape and appearance. After we had
finished our product then we brought our product to the school showroom and
would to sell it about 15.000,00 rupiah.
The exhibition is opened approximately
5 days during Malini Art Festival was held. In that time we got the third place
because many groups who had joined that competition was made the wonderful,
creative and very interest products. Because of that, the judges were very
difficult to assess the students’ products. The product that they had made were
miniature that made by lid tin cans, landerns that made by used plastic spoons,
house miniature that made by ice cream stick, ornate room that made by used
clothing frames that made by bamboo, basket that made by bamboo, the rubbish
bin that made by bottle caps, dolls that made by plastic, frames that made by
plastic, and many more interesting product. They sold their product were about
5000,00 rupiah until 100.000,00 rupiah.
This year the RPC will be held next month on beginning of June and it will
invite 100 students or 19 classes or group of students for distributing their
creativity on reusing or recycling the useless product into more useful stuff. I
wish my class team get the first place one more time. Let’s join us at Recycle Product
Competition on Malini Art Festival in Senior High School No 1 Gianyar. We love
this event because by recycling the useful products that mean we have reduced
environmental pollution.
“Let’s save our
earth by small thing that can create a big effect”