Berita Terkini
Tong Komposter Harum Aromanya
Banyak warga yang mengeluh memanfaatkan
tong komposter beresiko bau. Apalagi mereka yang memiliki penginapan, homestay
atau restoran, pasti enggan memanfaatkan tong komposter. Ini dulu. Generasi
baru tong komposter Rumah Kompos Padangtegal sudah di rancang bebas bau.
Berita baiknya, seluruh warga Padangtegal
dipersilahkan menukar tong komposter lama dengan versi baru, gratis tanpa
dipungut biaya apapun. Kecuali kalau tong yang lama pecah atau kran rusak. Kalau
harus ganti, harga tong Rp 200.000 dan kran Rp 10.000.
Tong rancangan baru ini didesain tanpa
lubang udara (pipa pernapasan). Kenapa demikian? Karena pipa pernapasan
sebenarnya hanya efektif untuk pembuatan kompos non cair (solid compost). Contohnya seperti pembuatan kompos organik di Rumah
Kompos Padangtegal atau TPA Temesi. Untuk membuat kompos cair, media pernapasan
ini tidak berguna. Bukan hanya tidak berguna, tapi justru membuat udara tidak
sedap didalam tong terbang ke sekitarnya.
Kenapa tidak berfungsi? Karena dalam kompos
cair semua permukaan terendam. Jadi kalo diisi pernapasan tetap juga terendam
cairan. Kalau kompos padat masih menyisakan ruang untuk udara masuk.
Karena tanpa pipa udara, tong generasi baru
ini justru sangat simpel. Baik dalam membuat dan memperbaikinya. Kalo suatu
saat ada penyumbatan karena kotoran (jarang sekali terjadi sumbatan asal terus
dimasukkan bahan baru, tidak dibiarkan ngendon diam sampai bahan kompos
mengeras dan kering), jalur pipa bisa dibersihkan dari lubang pembuangan luar, tanpa
harus bongkar – pasang.
Kalau tidak ada lubang sirkulasi, dari mana
bakteri dan binatang pengurai memeroleh pasokan oksigen? Jawabannya dari udara
yang ada di dalam tong dan celah antara tutup dan bodi. Makanya disarankan tong
tidak harus penuh. Sisakan ruang udara minimal 1/5 dari tinggi tong. Selain
aman dari kemungkinan tumpah, ruang kosong ini juga menjaga oksigen tetap
tersedia.
Juga, posisi kran dibuat lebih tinggi dari
desain komposter generasi pertama. Ada dua kentungan: pertama mempermudah pengambilan
cairan dan yang kedua memperbanyak tandon cairan di dalam. Semakin banyak
tandon cairan didalam, makhluk-makhluk pengurai semakin mudah berkembangbiak,
semakin cepat menghasilkan cairan kompos.
Penempatan kran lebih tinggi juga
menghindari kebocoran kran, karena tekanan cairan yang berlebihan. Kenapa tidak
memakai kran yang lebih kuat, menghindarkan dari kebocoran? Sengaja kita pakai
kran dispenser, sifatnya hanya menahan tekanan, bukan mengunci. Kalau tekanan
berlebih, kran akan otomatis bocor. Ini menghindarkan tong dari kemungkinan
meledak, jika tutup terkunci rapat dan lupa dibiarkan dalam jangka lama
(berbulan-bulan) hingga terbentuk gas amonia dari proses penguraian.
Ulat banyak pertanda kaya gizi dan pembawa
kesuburan
Salah satu tantangan yang banyak diutarakan
pemakai komposter adalah banyaknya ulat. Sebenarnya ini gejala sangat baik dan alami.
Semakin banyak ulat, artinya kandungan gizi di dalam komposter tersebut sangat
tinggi. Kalau ulat tidak ada, berarti di dalam tong tersebut banyak zat beracun
seperti pestisida.
Inilah yang justru harus dilogikakan secara
terbalik dan pemikiran ilmiah. Di daerah pertanian yang subur, sudah pasti
banyak cacing, ulat, kupu-kupu, tawon, berbagai serangga, jubel, kodok, ikan,
dan ratusan hewan-hewan kecil lainnya.
Nah, kenapa tanah-tanah pertanian yang dulu
subur dan dihuni banyak hewan-hewan kecil penjaga kesuburan tersebut sekarang
justru tandus? Kelihatan subur hanya ketika digenangi air, padahal sebenarnya
ini tanpa humus, hanya tanah yang kehilangan gizi. Buktinya ketika ketika tidak
ada hujan dalam rentang du bulan saja, tanah sudah mengering dan pecah-pecah.
Kenapa bisa demikian? Banyak hal
mempengaruhi. Salah satu karena karena terlalu banyak plastik di aliran air dan
zat dioksinnya meracuni hewan-hewan kecil tersebut. Selain plastik, Green Revolution yang dihela presiden
Soeharto berekses membludaknya pemakaian pestisida dan pupuk buatan. Berbagai
pembasmi serangga, tikus, hama yang akhirnya berakibat hewan-hewan yang
mestinya menjaga kesuburan tanah seperti ulat dan cacing ikut mati dan punah.
Mau tahu lebih banyak bahaya dioxin dan
manfaat cacing bagi kesuburan. Klik kolom Bakti
Ibu Pertiwi di halaman awal dalam website ini. Di sana diulas dioksin
sebagai zat karcinogen, pemicu berbagai penyakit kanker dan gangguan kesuburan.
Juga peran cacing sebagai agen penjaga kesuburan tanah.
Kembali ke tong komposter. Kembali pada ulat
dan cacing. Banyaknya ulat dan cacing dalam tong pertanda kandungan gizi sangat
tinggi dalam tong. Sama dengan model pertanian tempo dulu. Jadi sayang kalo
bahan yang demikian kaya gizi bagi tanaman ini dibuang percuma bersama sampah.
Lebih baik dimanfaatkan untuk pupuk tanaman keluarga.
Mana lebih sehat, bayam atau kol hijau mulus atau ada bolong-bolong bekas dimakan ulat?
Jelas yang bolong-bolong ada bekas dimakan
ulat. Kenapa? Karena sayur yang hijau mulus berarti banyak mengandung
pestisida, hingga ulat tidak berani menyentuh, atau menyentuh tapi telah
sekarat atau mati sebelum sempat mencicipi. Sayur yang bolong-bolong bekas
dimakan ulat justru jauh lebih sehat karena itulah yang alami. Tidak banyak
kandungan pembasmi hama.
Banyak yang berargumen bahwa asal dicuci,
bekas pestisida pasti larut dan terbuang. Nah, ini pendapat umum. Pendapat para
ahli sangat berbeda. Bahan utama pestisida sama dengan bahan plastik, yakni
dioksin. Sifat dioksin menjauh dari air dan menyatu dengan lemak. Istilah
kerennya water-fearing, fat-loving,
atau bahasa para ahli: aquaphobic –
pobia air, lipophilic – mengikat
lemak. Di sayuran dan buah-buahan, bahan ini lengket menyatu dengan lemak, tidak
bisa dibersihkan dengan air. Apalagi pada biji-bijian yang kandungan lemaknya
lebih tinggi. Kalau daging? Gak usah dibahas lagi, kandungan lemaknya paling
tinggi, daya ikat dioksin juga paling hebat.
Bagaimana mengurangi populasi ulat?
Mudah saja, tuang cairan
sebanyak-banyaknya. Tuang sisa kuah, minuman, teh, kopi, air cucian beras, air
bekas cucian bahan makanan. Masih kurang? Tambahkan air biasa. Usahakan
permukaan sisa makanan terendam dalam cairan.
Intinya, permukaan air minimal ¾ dari
tinggi tong, jadi sisa makanan/sayur/buah/kulit dan dedaunan yang dimasukkan
terendam sempurna di dalam tong.
Kalau banyak air, jenis ulat yang
berkembang biak adalah ulat jenis perenang. Ulat perenang tidak suka merambat
ke bibir tong, mereka asyik berenang dalam cairan yang kaya gizi. Kalau kurang
air, ulat yang berkembangbiak adalah jenis perambat. Mereka suka memanjat dan naik
ke bibir tong.
Anti Bocor, meski diisi penuh
Nah, ini yang penting. Tong generasi baru, karena
tidak perlu pipa pernapasan, dijamin anti bocor meski diisi hingga penuh. Pada
tong lama, cairan sering tumpah lewat pipa udara ini. Karena bebas bocor,
berarti isi cairan tong lebih banyak dan aman dipindah-pindahkan. Untuk menjamin anti bocor, pastikan karet seal silikon tetap terpasang ketika
membersihkan pipa.
Benarkah tong harum seperti judul tulisan?
Aha, ini judul untuk menarik perhatian anda
agar penasaran membaca. Yang benar, tong komposter ini tidak berbau apapun.
Kalau naruh tong di dekat bunga jepun yang harum aroma jepun. Kalo dekat
jempiring ya semerbak jempiring. Yang jelas tidak mengeluarkan bau. Lebih
tepatnya, bau hanya beberapa detik saat dibuka untuk memasukkan sisa makanan
atau sampah organik lainnya. Dalam keadaan biasa, tong ini sama sekali tidak
mengeluarkan bau. Sama sekali.
Pesannya jelas, selain memanfaatkan
komposter, rajin-rajinlah menanam,
menanam apa saja, bunga, buah, sayur, tanaman hias,
atau bahkan jenis rerumputan. Agar tanaman dan bunga-bunga makin hijau dan
mekar, manfaatkan kompos cair dari tong ini. Dijamin halaman subur makmur, bumi
semakin hijau dan seluruh pekarangan harum aromanya, walaupun dihalaman anda memakai
komposter yang dulu dibilang bau itu.
Supardi
Asmorobangun 20/08/2015
Pemuda Bergerak, Desa Pakraman Semarak
Anggota dan pengurus Sekhaa Taruna Desa Pakraman Padangtegal berkumpul di Rumah Kompos pada Minggu pagi (9/8) lalu untuk merencanakan aksi nyata gerakan muda-mudi peduli kebersihan desa.
Bendesa I Made Gandra memberikan sambutan dan dukungan semangat kepada anak muda untuk berkarya |
Hadir pada pertemuan tersebut ketua atau perwakilan ketua dan pengurus lima sekhaa di Desa Pakraman Padangtegal, yakni Padangtegal Kaja, Kelod, Mekarsari, Padang Kencana, dan Padangtegal Tengah. Meski secara administratif tidak masuk dalam desa dinas Padangtegal, ST Padangtegal Tengah siap bersatu dengan rekan-rekan pemuda di Padangtegal untuk berpartisipasi dalam tiap gerakan pemuda pembaharu desa.
Dua aksi nyata yang diagendakan adalah dalam waktu dekat (akhir Agustus atau awal September) mengadakan gerakan kebersihan masal di Gang Anila dan dalam jangka panjang mengajak muda mudi mulai mempersiapkan dan memikirkan cara membuat Ogoh-ogoh dari bahan organik (bebas stiroform) untuk perayaan Nyepi tahun 2016.
Pertemuan Minggu tersebut merupakan kelanjutan dari rapat sebelumnya pada Sabtu, 11 Juli lalu.
"Kita mulai saja dengan langkah nyata. Kita cukupkan rapat dan langsung bergerak. Dengan bergerak dan aksi nyata, ini akan menjadi energi pendorong anak-anak muda untuk bersatudan berkarya," sambut ketua ST Padangtegal Kaja Kadek 'Awa' Dwi Utama.
"Dengan aksi nyata kita bisa menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa pemuda-pemudi memiliki kepedulian kepada desa. Ini akan lebih menggugah masyarakat.untuk berempati terhadap gerakan cinta lingkungan ," demikian lanjut Kadek Awa.
Masih menurut Kadek Awa, pemuda sudah semestinya tidak memikirkan kenapa harus mengabdi di lain banjar. "Kalau ada kasus lingkungan di (Gang) Anila, ya semua bergerak ke Anila, kalau suatu saat ada yang mesti diselesaikan di Kaja, Mekarsari atau manapun, kita bersama-sama bergerak ke sana.
Sementara untuk rencana pembuatan ogoh-ogoh dari bahan organik tahun depan, mayoritas pemuda-pemudi yang hadir setuju dengan ide tersebut.
Ide pembuatan ogoh-ogoh organik mulai menghangat karena saat ini hampir semua ogoh-ogoh dibuat dengan bahan utama stiroform, bahan yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Stiromform adalah jenis plastik dengan kandungan dioksin sangat tinggi dan dengan mudah tersebar ke alam ketika dibakar atau kena panas matahari.
Jadi, ide awalnya adalah membuat ogoh-ogoh seperti tradisi tahun 1980an ketika industri plastik dan steroform belum membumi. Saat itu semua bagian ogoh-ogoh berbahan organik seperti anyaman bambu dan adukan bahan kertas dengan air.
Supardi Asmorobangun 09/08/2015
Pesan Kebersihan Lingkungan Ida Pedanda Made Gunung
Ida Pedanda Made Gunung mengajak masyarakat Bali menjauhi penggunaan plastik, demi kelestarian ibu pertiwi. |
Pendeta paling berpengaruh di Bali, Ida Pedanda Made Gunung, di luar perhatiannya pada masalah ibadah dan keagamaan, adalah tokoh yang memiliki perhatian sangat luar biasa pada kebersihan Bali, terutama dari tantangan sampah plastik.
Inilah pesan-pesang lengkap beliau. Pesan-pesan ini akan ditayangkan dalam bentuk potongan iklan iklan pendek di stasiun TV lokal di Bali, setelah mendapat dukungan sponsor dari pihak ketiga.
Jaga Bali, Ganti Bungkus Plastik dengan Daun
Om Swastiastu,
Saudara-saudara, saya sudah dari lama sekali berpikir
tentang keadaan alam kita khususnya di Bali, yaitu bumi yang kita cintai ini,
akhir-akhir ini memang sangat menyedihkan dan memang sangat memprihatinkan
terutama di bidang kebersihan. Kebersihan bukan saja dari sampah-sampah organik,
yang paling menakuti saya, yang paling memprihatinkan hati saya adalah dari
sampah plastik.
Kenapa saya prihatin? Saya sudah sering bertemu dengan
saudara-saudara kita dari luar negeri apakah mereka orang Amerika, orang Kanada,
orang Australia yang sangat (ber)simpati dengan kita, yang sangat menyayangi bumi
kita. Mereka kalo boleh dikata sampai mengeluarkan air mata melihat alam yang
kita miliki dan satu satunya (yang paling unik) di planet dunia ini sudah
banyak dikotori plastik. Dalam hal ini saya tidak begitu bisa menyalakan Si A atau
si B. Yang jelas agar saudara-saudara tahu, bahwa plastik itu adalah satu benda
yang yang diciptakan dari unsur kimia yang sangat berbahaya baik bagi tanah
sendiri karena akan menjadi tanah yang kering, maupun dampaknya bagi makhluk
hidup, utamanya pada kita manusia.
Nah lalu pertanyaan saya, siapakah yang membuang plastik.
Itulah pertanyaan saya: Apakah plastik itu datang sendiri dari langit atau plastik
dibuang oleh anjing yang sedang berjalan, atau plastik itu dibuang oleh siapa?
Yang jelas plastik itu dibuang oleh manusia. Oleh karena itu saya himbau pada
saudara-saudara saya. Siapapun dan dimanapun anda berada tolong jangan dianggap
main-main pesan yang mengatakan “awas plastik, plastik itu berbahaya!” Sekali
lagi jangan dianggap main-main! Karena apa? Karena menurut para ahli, plastik
yang dibuang itu (sampai) 400 ratus tahun belum terurai di bumi. Coba anda
bayangkan 400 tahun sampai berapa generasi? Kalau sekarang kita membuang
plastik di bumi berarti 400 tahun ke depan generasi kita itu sengsara oleh
kita, oleh ulah kita yang sekarang.
Oleh karena itu, apa kita tega anak cucu kita, cicit kita
kita nanti sengsara, sakit-sakitan bermacam macam oleh dampak ulah kita yang membuang
plastik seenaknya? Jadi, begitu kita makan makanan yang dibungkus dengan
plastik, maka pikiran kita harus kepada generasi selanjutnya. Jangan kita
racuni mereka dari sekarang.
Jadi andai anda makan makanan berbungkus plastik sekarang, tolong
pikir, plastiknya saya buang ke mana? Kalo kita buang sembarangan berarti kita
meracuni generasi yang akan datang, itu yang pertama. Yang kedua, saya juga
pernah bicara dengan beberapa saudara kita dari luar negeri yang memang ahli di
bidang itu, dan mereka juga sangat memperhatikan apa yang (biasa) kita lakukan
disini. Menurut mereka, coba kalau anda berani buktikan sekarang, anda membakar
plastik setiap hari, di situlah di samping asap plastik itu (anda) diam, tunggu
dalam enam bulan, kanker akan terjadi pada diri anda. Kalau tidak percaya
silahkan buktikan sendiri. Bumi sekarang ini sudah diplastikkan.
Khusus untuk orang Hindu di Bali, mereka dari ajaran agamanya sangat menyayangi bumi, dengan istilah pertiwi. Setiaaap ada upacara kita sembahyang ke Dewa Matahari sebagai bapak kita yang ada di langit, kemudian kita sembahyang pada Ibu Pertiwi. Aduuuuh, kenapa kita sembahyang (sekaligus) kita menyakiti, kita mengotori, kita menjelekkan beliau. Coba, pernahkah anda dengar: Walaupun engkau dapat membakar mayat ibumu di atas telapak tanganmu, belum terbayar jasanya. Nah kalo begitu bumi itu (kita tahu) bagamana jasa bumi terhadap kita?
Oleh karena itu saudara-saudara, saya inginkan anda harus
mengerti tentang bahaya plastik. Kemudian marilah kita pelan-pelan mengganti kebiasaan
kita, mengganti kebiasaan kita untuk tidak menggunakan plastik, mengganti
kebiasaan kita untuk tidak menggunakan plastik. Nah, misalnya apa? Dagang-dagang
gunakanlah daun atau kertas untuk membungkus. Ibu ibu jangan bangga bawa tas
plastik ke pasar, jadi bawalah tas yang bukan dari bahan plastik.
Jadi bagaimana saudara-saudara bahwa kita ingin pelan, pelan,
pelan, pelan kita akan kembali seperti nenek moyang kita, tidak mengenal (dan) tidak
menggunakan plastik. Saya salah kalau saya mengatakan pabrik plastik ditutup.
Saya salah dan saya tidak berhak. Tetapi pabrik itu akan tertutup sendiri
apabila kita tidak menggunakan plastik. Otomatis mereka akan tertutup kalo kita
tidak menggunakan plastik. Coba bayangkan, si penjual plastik dapat untung
uang, tertawa, si pengguna plastik dapat kepraktisan, tetapi dalam ketertawaan
mereka, dalam kepraktisan mereka itu, mereka tidak merasa, bahwa generasi yang
akan datang teracuni. Itu yang menurut saya sangat menyedihkan sekali. Marilah
saudara-saudara bersama sama. Saya, walaupun saya ngomong tentang plastik ini, saya tidak ada punya sponsor, hanya
Tuhan yang sponsori saya.
Saya yakin bahwa Tuhan mendengar apa yang saya katakan.
Bahwa saya menyayangi ibu pertiwi, bahwa saya menghormati ibu pertiwi, karena
semua apa yang saya makan dan apa yang saya lakukan adalah hasil dari beliau
sendiri.
Oleh karena itu saya yakin, apabila anda sayang pada ibumu,
(seharusnya) sama kamu sayang kepada bumi ini. Itu yang pertama. Yang kedua, kepada
saudara-saudara saya yang datang ke pura, ingin sembahyang, membawa tempat
sajen dan sebagainya dari plastik, saya tidak melarang. Nah coba anda pikirkan,
di nata pura itu aduuuuh ada (banyak) plastik bukan seperti pura, seprti
TPA jadinya. Coba anda berpikir, di satu pihak anda berpikir bawa saya mau
menyucikan dan menyembah beliau, di lain pihak kita membuang sampah seenaknya
di halaman yang suci, termasuk sampah plastik. Saya sering mendengar, bukan
hanya mendengar, maksud saya meliahat langsung.
Apa sih sulitnya kita ngambil plastik itu, walaupun bukan kita yang membuang? Orang lain membuang anda yang ngambil? Pernahkah anda membaca karmapala. “Sekecil apapun karmamu wahai manusia, aku kan memberikan memberikan pahala nya baik maupun buruk.”
Kalo kita memungut plastik itu karma, itu jelas karma baik. Walaupun pahala itu tidak berupa material (tiba-tiba) sekarang glebuk emas satu karung jatuh dari langit, tidak, tapi apa yang kita lakukan akan mendapatkan proses yang lebih mudah. Kalo kita sudah menyayangi bumi ini, menyayangi Tuhan.
Nah, saya kembali kepada keyakinan agama kita, bahwa kalau misalnya kita mengotori bumi, sama dengan mengotori Tuhan. Kalo kita mengotori Tuhan, sama dengan mengotori diri sendiri. Saya bertanya, siapa sih Tuhan itu, sebenarnya. Siapakah yang bisa menyebutkan nama Tuhan, kan hanya manusia khan?
Pada manusia lah salah satu dari bagian kecil daripada Tuhan itu ada, (Tuhan) itu ada pada diri manusia: “Atman brahmanayam, aham brahmanasmi.” Jadi aku adalah tuhan, dalam diriku ada unsur Tuhan. Kenapa kita membuang plastik seenaknya dan tidak menyadari bahwa diri kita sendiri adalah Tuhan, bahwa Tuhan itu sendiri ada pada diri kita.
Apa sih sulitnya kita ngambil plastik itu, walaupun bukan kita yang membuang? Orang lain membuang anda yang ngambil? Pernahkah anda membaca karmapala. “Sekecil apapun karmamu wahai manusia, aku kan memberikan memberikan pahala nya baik maupun buruk.”
Kalo kita memungut plastik itu karma, itu jelas karma baik. Walaupun pahala itu tidak berupa material (tiba-tiba) sekarang glebuk emas satu karung jatuh dari langit, tidak, tapi apa yang kita lakukan akan mendapatkan proses yang lebih mudah. Kalo kita sudah menyayangi bumi ini, menyayangi Tuhan.
Nah, saya kembali kepada keyakinan agama kita, bahwa kalau misalnya kita mengotori bumi, sama dengan mengotori Tuhan. Kalo kita mengotori Tuhan, sama dengan mengotori diri sendiri. Saya bertanya, siapa sih Tuhan itu, sebenarnya. Siapakah yang bisa menyebutkan nama Tuhan, kan hanya manusia khan?
Pada manusia lah salah satu dari bagian kecil daripada Tuhan itu ada, (Tuhan) itu ada pada diri manusia: “Atman brahmanayam, aham brahmanasmi.” Jadi aku adalah tuhan, dalam diriku ada unsur Tuhan. Kenapa kita membuang plastik seenaknya dan tidak menyadari bahwa diri kita sendiri adalah Tuhan, bahwa Tuhan itu sendiri ada pada diri kita.
Nah, oleh karena itulah saudara-saudara, kita secara
bersama-sama marilah kita sadari bahwa apa, bukan plastik saja, apa saja yang
membuat bumi ini sengsara dan menyengsarakan isinya termasuk diri anda sendiri,
jangan dilakukan. Jangan dilakukan itu! Saya juga nyelip sedikit, di sawah
sekarang jarang sekali ada lindung,
jarang sekali ada jubel, jarang
sekali ada cucut. Karena apa? Karena
anda membuang plastik di saluran air. Mahkluk itu teracuni. Itu yang pertama.
Yang kedua, banyak yang menggunakan pestisida yang mana
semua itu akan menghancurkan mahluk-makluk kecil yang membuat kesuburan tanah.
Sadarkah kita itu? Mana ada sekarang orang jual pes lengis misi blauk di Bali? Nggak ada kan? Mana sekarang ada capung,
karena capungnya sudah tidak ada. Kenapa karena ulah siapa? Bukan karena ulah
anjing atau harimau. Tapi karena ulah manusia. Siapakah manusia, ya anda dan
saya. Harus sadar dong itu! Oleh karena itulah pada pokoknya mudah-mudahan
Tuhan mendengar apa yang kita katakan. Apapun yang saya katakan, apa pun ada
yang dengar kita mulai sekarang kalau boleh jangan lagi menggunakan plastik.
Kalau boleh, mari kita berkarma: setiap mata menyentuh plastik dengan sukarela
kita mengangkat dan ditempatkan pada tempatnya.
“Lalu kemana sampah plastik ini saya bawa, pranda? Sampah
plastik yang banyak itu?” Nah, banyak dong kita cari informasi. Misalnya cari
teman kita yang punya pabrik kompos, yang membuat pupuk kompos itu, biasanya di
sana mereka juga (memiliki perhatian) mengolah plastik. Yang saya tahu di Echo
Bali juga ada. Dimana saja, pokoknya kumpul saja. Dan saya berterimakasih
sekali baru kemarin saya baru datang dari dalem puri Besakih, di sana saya liat
ada tong besar khusus plastik, ada gelas plastik, ada botol plastik, pokoknya
semua dikumpul (di situ). Aduuuh, saya terharu sekali. Kalo saja semua orang
seperti itu, Bali ini akan seperti program pemerintah Bali yaitu Clean-Green. Tidak dalam mulut saja, Clean-Green dalam kenyataan. Mari kita
lakukan hal itu.
Saudara-saudara, itulah yang saya ingin (sampaikan) bahwa
mengotori alam sama dengan mengotori diri sendiri, dan sama (dengan) secara implisit
melecehkan keberadaan Tuhan.
Terima kasih, Om
santih, santih, santih, Om.
Supardi Asmorobangun 29/06/2015