Bakti Ibu Pertiwi
Menuju Bumi Yang Hijau Bersih Dan Lestari
Om Swastiastu
Bumi adalah rumah kita, atau lebih tepatnya ibu kita. Namun
saat ini kita menyaksikan bagaimana bumi berubah. Banyaknya bencana
yang terjadi akibat perubahan iklim global seperti banjir dan kekeringan
yang akhir-akhir ini melanda banyak wilayah merupakan salah satu tanda
bahwa keseimbangan alam mulai berubah. Hal ini tak lepas dari perilaku
manusia dalam memanfaatkan alam itu sendiri. Selain akibat terjadinya
penggundulan atau pembakaran hutan, pelepasan gas CO2 berlebihan lewat
corong pabrik dan mesin kendaraan, pembukaan lahan-lahan baru untuk
pemukiman, peternakan atau ladang bercocok tanam, bumi juga rusak karena
sampah plastik yang menumpuk, pemakaian pupuk kimia dan pestisida tak
terkendali.
Dalam
skala kecil, Bali juga mengalami hal yang sama, baik karena faktor
global maupun karena ulah warga yang tinggal di pulau ini. Sebagai
daerah kunjungan pariwisata, pulau seribu pura ini semestinya berupa
kawasan yang hijau dan bersih sebagai salah satu faktor penting
pendukung kepuasan wisatawan yang berkunjung. Namun demikian, kurangnya
kesadaran dalam mengelola alam dengan bijak telah membuat pulau ini
terancam berbagai tantangan: banjir, kekeringan atau kekurangan pasokan
air, over-capacity, lalu lintas semakin padat , dan sampah yang
menggunung. Hal ini mempunyai dampak buruk pada kelestarian alam yang
sebenarnya merupakan salah satu aset dalam pengelolan Bali sebagai
daerah wisata.
Untuk
menciptakan Bali yang hijau, bersih dan lestari, perlu penanganan
serius masalah sampah, terutama plastik. Agar cita-cita ini terwujud,
perlu diperkenalkan pemikiran baru bahwa sampah harus dilihat sebagai
aset yang memiliki nilai ekonomis, baik sebagai bahan pupuk kompos rumah
tangga maupun bahan kerajinan atau industri yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Selama ini, masyarakat menganggap sampah sebagai sesuatu yang
harus dibuang karena tidak bernilai ekonomi. Sehingga kita sering
melihat masyarakat membakar atau membuang sampah sampah begitu saja.
Tidak mengherankan, sampah (terutama plastik) banyak teronggok di
berbagai sudut kota dan desa, seperti selokan, sungai, tepi jalan,
trotoar, lahan kosong, tanah tak bertuan, bahkan di pematang sawah atau
di antara hijau bulir-bulir padi.
Langkah
ini akan mengurangi beban pengelolaan sampah yang ditangani pemerintah,
sekaligus memberikan citra positif, bahwa sebagai destinasi pariwisata,
Bali memiliki komitmen menjaga kelestarian alam sejak dari lingkungan
rumah tangga. Dengan partisipasi maksimal masing-masing rumah tangga
untuk mengelola sendiri produksi sampahnya, sehingga tiap rumah tangga
diusahakan tidak membuang sampah keluar area rumah. Idealnya, akan
tercipta rumah tangga yang zero sampah, karena produksi sampah organik
bisa diubah menjadi pupuk cair/padat dan sampah non organik bisa dijual
kepada pengepul.
Kami
yakin dengan semakin banyaknya warga yang mengerti tentang perlunya
melakukan perubahan tentang cara penanganan sampah, kita bersama mampu
membuat lingkungan menjadi lebih baik yang selaras dengan konsep Tri Hita Karana (tiga
sumber kebahagiaan; hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia
dan dengan alam). Dengan demikian, mudah-mudahan tempat kita masing
masing bisa menjadi percontohan bagi daerah lain, sebagai wujud yadnya,
yakni melakukan suatu hal yang baik yang dicontoh orang lain. Karena
untuk memulihkan keseimbangan alam, diperlukan partisipasi dan
kepedulian semua pihak. Untuk tujuan tersebut Buku Bakti Bumi Pertiwi
ini diterbitkan. Meski ancaman kelestarian bumi seperti yang disebutkan
di atas menjadi bahasan penting, buku ini lebih berfokus pada masalah
internal Bali yang sangat mendesak, yakni penanganan sampah yang benar
dan perlunya menjadikan Bali sebagai daerah pertanian organik.
Pembaca yang budiman,
Zaman
dahulu sering sebuah karya tidak menyebut nama-nama pengarang. Karena
karya-karya tersebut dibuat sebagai persembahan, sebagai wujud
terimakasih, sebagai ungkapan syukur atas karunia dan berkah yang telah
diberikan oleh alam semesta, oleh Yang Maha Kuasa. Bisa juga karya
tersebut sebagai persembahan kepada sang raja/ratu sebagai kepanjangan
tangan yang di atas. Singkatnya sebuah karya dipersembahkan sebagai
dharma.
Kenapa
dinamakan Bakti Ibu Pertiwi? Yah, seperti pada awal paragraf di atas,
inilah persembahan kepada ibu kita. Apa yang kita persembahkan kepada
Ibu Pertiwi semestinya adalah apa yang kita persembahkan kepada ibu
kita. Ibu Pertiwi, bumi ini, adalah ibu kita juga yang memberi kita
makan untuk hidup.
Dan
ibu kita tidak selalu sehat. Kadang demam, batuk-batuk, panas dingin,
dan sebagainya. Apa yang kita lakukan jika ibu kita sakit, seperti
itulah yang sedang kita lakukan lewat buku ini. Situasi dunia saat ini
sangat mengancam kesehatan ibu pertiwi kita, dan semakin membahayakan
dalam beberapa puluh tahun mendatang. Kalau kita tidak melakukan
tindakan tepat dan cepat untuk mengurangi penyebab sakit, kita akan
melihat ibu kita tercinta benar-benar sakit. Kita berharap bumi kita
terjaga kelestariannya.
Sampah dari gunung turun ke kali dan terbawa ke laut, sebagian
terperangkapr pada akar hutan bakau dan lumpur endapan lumpur sangat
menyulitkan usaha pembersihan
Karena
ini persembahan kepada ibu, kita tidak mau menghitung-hitung,
mencantumkan nama-nama. Karena ibu kita telah memberikan sedemikian
banyak kasih dan sayang sehingga kita tumbuh dan berkembang seperti
sekarang.
Ungkapan
syukur dan terima kasih bukan hanya dengan kata-kata manis penuh
sunggingan senyum. Namun juga bisa diungkapkan dengan ajakan, dorongan
dan terutama tanggung jawab berbuat sesuatu untuk menjaga dan
mengembangkan apa yang sudah dikaruniakan agar lebih bermanfaat bagi
sesama kehidupan dan alam semesta. Dengan semangat itu pula buku ini
dibuat.
Tapi,
demi rasa dharma dan tanggung jawab juga, kami tidak hendak berpaling
muka, tidak hendak melempar ide dan sembunyi tangan. Kami bersedia
bekerjasama untuk memujudkan cita-cita dan tujuan darma dalam buku ini.
Untuk itu bagi siapa yang tertarik dan tertantang untuk mewujudkan
beberapa ide dalam buku ini, silahkan email ke alamat redaksi
(bhaktiibupertiwi@gmail.com). Kami siap bekerja sama untuk Bali dan
tentunya dunia yang lebih baik.
Kami
tidak ingin menunjukkan diri. Karena memang tidak ada ‘diri’ dalam
karya ini. Semua hasil kerja, perencanaan, kajian dan dharma ratusan
orang. Kebetulanlah saja kami di bagian redaksi kebagian ‘tugas’
mengikat ide dan hasil kerja tersebut dalam tulisan. Jadi, sebenarnya
buku ini juga hasil kerja-sama ratusan pihak, dari berbagai latar
belakang berbeda. Praktisi, akademisi, tradisi, kelompok spiritual,
pengamat, dan bahkan juga oposisi. Data-data yang terangkum dalam buku
ini berdasarkan para ahli dan orang orang di lapangan, juga berdasarkan
penelitian badan resmi dunia seperti PBB, universitas terkemuka. Jajaran
para redaksi juga bukan orang-orang yang berada di balik meja dan duduk
sepanjang waktu di depan komputer. Kami adalah kumpulan para pendaki
gunung, penyelam, guide, pekerja hotel, wartawan, pemangku, pemilik
bisnis, dan daftarnya masih panjang.
Beberapa
tulisan dalam buku ini benar-benar ditulis di puncak gunung, di tepi
pantai, di atas kapal menuju tempat penyelaman, di gubuk tengah sawah,
di lereng bukit. Beberapa hasil corat-coret di sembarang kertas di
berbagai tempat, dan disempurnakan di depan komputer. Jadi buku ini
mengenai apa yang terjadi di lapangan, oleh orang-orang lapangan, atas
petunjuk para ahli yang meneliti di lapangan maupun di laboratorium.Karena
berdasarkan penelitian para ahli, badan resmi dunia,
universitas-universitas terkemuka dan pemerintahan negara-negara,
data-datanya sangat akurat. Tapi karena melibatkan penelitian para ahli,
hasilnya seringkali cukup rumit untuk dimengerti. Untuk mempermudah
pemahaman, beberapa analogi sederhana dipakai. Misalnya untuk mendeteksi
gas rumah kaca, kita bisa membuat percobaan dengan air di panci yang
dipanaskan. Untuk menyederhanakan pemanasan global, kita bisa belajar
dari letusan gunung Tambora dan odometer mobil. Peran cacing bagi
pertanian bisa kita andaikan para koki restoran atau ibu kita yang sibuk
di dapur. Dan sebagainya dan sebagainya.
Dengan
demikian, pesan pesan dalam buku ini dengan mudah bisa dipahami oleh
kalangan luas, terutama adik-adik di bangku sekolah dasar. Karena kepada
generasi muda tersebut kelestarian bumi ini kita titipkan.
Selamat membaca dan ayo bersama-sama berdharma.
Om shanti, shanti, shanti, Om!
Apakah ibumu punya peralatan memasak dengan tutup terbuat dari kaca? Mungkin rice cooker, magic jar, panci ajaib, atau apalah namanya. Kalau ada, coba kamu adakan percobaan sederhana. Tuangkan dua gelas air dalam panci dan masak di atas tungku tanpa ditu- tup. Catat berapa lama air mencapai titik didih. Sudah selesai ? Sekarang kosongkan panci dan isi lagi dengan air dalam jumlah sama, dua gelas. Taruh di tungku dengan besar api sama, tapi sekarang dengan panci tertutup. Nah, sekarang ketahuan air mendidih dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Hutan mangrove sebagai paru-paru bumi terancam oleh tumbukan sampah dari
aliran sungai - Tampak seorang anak di antara para voluneter dalam
kampanye kebersihan hutan mangrove
Dulu, kebanyakan orang mengartikan sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sebenarnya sampah mempunyai nilai ekonomis jika ditangani dengan baik, di mana harus dimulai dengan pemilahan sampah.
Sampah Organik
Sampah yang berasal dari mahluk hidup yang MUDAH DIURAI serta diubah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari air dan tanah.
Contoh sampah organik
Sampah Non-Organik
Sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti mineral dan minyak bumi yang TIDAK MUDAH TERURAI dengan tanah.
Contoh : plastik, besi, logam, kaleng, karet, kaca, gelas.
B3 (bahan beracun dan berbahaya)
(B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999).
Contoh sampah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
Di
alam, tanaman menyerap unsur hara dari tanah (Ibu Pertiwi) lewat
akar untuk tumbuh dan berkembang.Tanaman mengolah unsur hara un- tuk
menjadi senyawa yang lebih kompleks dalam bentuk vitamin, gula,
protein yang tersimpan dalam daun maupun buah yang kemudian dikonsumsi
oleh manusia dan binatang.
Daun yang jatuh di tanah, kotoran dan jasad hewan serta manusia ke- mudian diurai oleh mikro-organisme di tanah kembali menjadi unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
Terjadi perpindahan unsur hara dan juga dalam bentuk senyawa vitamin, lemak, protein, gula, dll dari tanaman ke hewan ke manusia yang kemudian kembali ke tanah.
Unsur yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Contoh: unsur P (Phosphor), unsur K (Kalium), S (Sulphur / Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium), unsur Mo (Molibde- num), Fe (Besi), Cu (Tembaga), Zn (Seng), B (Boron), Cl (Chlor) dan Mn (Mangan)
Tubuh manusia memerlukan se- mua unsur di atas namun tubuh manusia tidak dapat langsung mengambil unsur tersebut dari tanah melainkan lewat tanaman atau setelah diproses oleh tana- man atau hewan dalam bentuk vitamin, mineral, serat, protein,lemak.
Jadi sangat penting mengkonsumsi pangan yang ditumbuh kembangkan di tanah yang kaya akan unsur-unsur tersebut di atas. Sehingga tubuh bisa terhindar dari kekurangan nutrisi tersembunyi.
Mengingat tubuh manusia memerlukan 14(empat belas) unsur agar dapat tumbuh dan berkem- bang dengan baik. Yang dimak- sud dengan kekurangan nutrisi tersembunyi adalah seseorang yang tidak mendapat cukup un- sur-unsur yang diperlukan oleh tubuh karena bahan makanan yang dikonsumsi tidak menda- pat unsur tersebut dari tanah di- mana tanaman tersebut ditanam.
Membakar sampah organik berarti memutus siklus alam. Dimana unsur yang terkandung di dalam sampah organik tersebut hilang tidak kem- bali ke tanah.
Sehingga menyebab- kan tanah menjadi miskin unsur hara (tidak subur) dan tergantung pada penggunaan pupuk buatan yang apa- bila digunakan berlebihan justru ber- dampak pada kerusakan pada tanah.
Kelompok mahluk hidup yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata langsung yang ber- fungsi untuk:
Catatan:
Kalau lahan terbatas sehinga tidak memungkinan membuat lubang dengan ukuran 1 kubik maka kompos dapat dibuat dalam karung dengan memasukan sampah organik yang berasal dari daun daunan dipekarangan kedalam karung dengan sebelumnya menyeprotkan bakteri (bioactivator propuri) secara merata dan akan lebih bagus kalau ukuran sampah diperkecil.
•Menyuburkan tanah
•Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria
Tips :
Efek rumah kaca, apaan sih?
Apakah ibumu punya peralatan memasak dengan tutup terbuat dari kaca? Mungkin rice cooker, magic jar, panci ajaib, atau apalah namanya. Kalau ada, coba kamu adakan percobaan sederhana. Tuangkan dua gelas air dalam panci dan masak di atas tungku tanpa ditu- tup. Catat berapa lama air mencapai titik didih. Sudah selesai ? Sekarang kosongkan panci dan isi lagi dengan air dalam jumlah sama, dua gelas. Taruh di tungku dengan besar api sama, tapi sekarang dengan panci tertutup. Nah, sekarang ketahuan air mendidih dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Apa logikanya? Lebih dari seratus tahun lalu ilmuwan yang tak pernah masuk sekolah asal Inggris, James Watt, menemukan fenomena yang sama: Panas yang tertutup rapat akan menggandakan panas itu sendiri dan menghasilkan energi berlipat.
Ah, fenomena ini sebenarnya bukan temuan James Watt. Ibu James Watt dan
ribuan ibu-ibu yang lain mengetahuinya. Untuk memasak lebih cepat
diperlukan tutup panci, atau tutup kuali, wajan, dandangan, dan lainnya.
Tapi kita berterima kasih pada James Watt karena beliau memikirkannya
dan akhirnya berhasil mengembangkan temuan berikutnya dari fenomena
panas dalam panci tertutup, yakni mesin uap.
Sekarang
bayangkan bumi ini adalah panci raksasa dengan lautan dan danau sebagai
airnya. Air pada panci raksasa tersebut terus menerus dipanaskan.
Tungku pemanasnya bukan api kompor, tapi sinar matahari. Air yang
dipanaskan menguap, dan siklus selanjutnya membentuk awan. Nah, awan ini
tidak langsung lenyap ke ruang angkasa, tapi mengambang beberapa ratus
atau ribu meter di atas bumi. Kita sering melihat pesawat lenyap ditelan
awan, berarti saat itu posisi awan lebih rendah dari ketinggian
pesawat. Posisi awan bisa sangat dekat dengan permukaan bumi, tapi juga
bisa ribuan meter di atas permukaan laut. Kalian yang pernah naik
pesawat atau mendaki gunung pasti tahu posisi awan kadang lebih rendah
dari posisi kalian.
Nah
kumpulan awan inilah yang menjadi penutup panci raksasa, bumi kita.
Tidak heran ketika cuaca cerah dan langit biru, udara segar dan adem.
Ketika awan tebal menutup bumi, udara menjadi panas dan gerah.
Seperti
tutup panci, saat langit banyak awan, cuaca akan sangat panas, karena
energi panas dari matahari yang semestinya dipantulkan bumi ke ruang
angkasa terperangkap oleh tutup ‘panci raksasa’ tersebut.
Sederhananya,
efek rumah kaca sebenarnya sering kita alami, yakni menjelang musim
hujan. Pernah kamu merasa saat cuaca mendung udara panas menyengat,
sumuk/ongkeb,
kamu tidak bisa tidur karena terus berkeringat, padahal baru saja
mandi? Ini sebenarnya juga efek rumah kaca. Uap air menumpuk di langit,
panas sinar matahari yang diterima bumi dan dipantulkan ke ruang angkasa
tertahan oleh lapisan mendung, dipantulkan balik ke bumi. Akibatnya
bumi menjadi gerah.
Tetapi,
uap air cepat sekali berubah. Karena suhu di ketinggian yang dingin,
awan cepat menjadi embun dan jatuh sebagai air hujan. Dengan hujan udara
segera menjadi dingin. Jadi hanya dalam hitungan jam atau hari, uap air
dalam bentuk awan bisa segera berubah menjadi air hujan.
Nah,
sekarang kita beranjak membahas gas rumah kaca. Kalau awan dari uap air
segera berubah menjadi hujan, tidak demikian halnya dengan ‘awan’ dari
gas dari gas lain, seperti karbon dioksida atau mudah kita sebut CO2
dari asap kendaraan bermotor, tungku pabrik dan pembakaran sampah
bertahan dilangit puluhan hingga ratusan tahun, sebelum bisa dikonversi
berubah wujud, sehingga menjadi ‘tutup panci’ abadi. Akibatnya semakin
lama bumi semakin panas.
Seperti
percobaan di atas, tutup panci fungsinya memantulkan panas yang
dilepaskan oleh air, sehingga panas di dalam panci berlipat. Kalau panas
dilepaskan ke udara, air akan mendidih dalam waktu yang relatif lama,
karena sumber panas murni dari api kompor. Dengan ditutup, energi yang
semestinya lepas ke udara dipantulkan balik ke panci, hasilnya
mempercepat proses pemanasan.
KENAPA DISEBUT EFEK RUMAH KACA?
Di
negara-negara dingin Eropa, Amerika Utara dan Jepang, masyarakat justru
sengaja membuat rumah kaca, agar udara menjadi hangat.Yang ini
benar-benar rumah dari kaca. Dinding dan atapnya dari kaca bening. Kita
bisa melihat apapun yang ada di dalam. Mirip aquarium raksasa atau
planetarium.
Gunanya?
Justru untuk menangkap panas matahari di siang hari dan mempertahankan
panas tersebut agar tetap bertahan hingga beberapa hari berikutnya,
meski dimusim dingin yang memang sangat dingin. Memang pada saat musim
dingin, suhu daratan di belahan bumi dekat kutub bisa turun hingga
beberapa puluh derajat Celcius dibawah titik beku. Tanaman akan mati
karena suhu yang ekstrim. Nah, dengan rumah kaca, suhu menjadi lebih
hangat dan berbagai tanaman seperti tomat, kentang, wortel bisa bertahan
hidup. Penduduk pun tidak kelaparan.
Nah, karena
rumah kaca membuat ‘penghuninya’ merasa hangat, istilah efek rumah kaca
ini akhirnya dipakai untuk menggambarkan fenomena yang hampir sama yang
terjadi dimuka bumi.
Gas-gas yang
dimaksud termasuk karbon dioksida dari asap kendaraan bermotor ,
cerobong pabrik atau pembakaran sampah dan bahkan api dari kompor di
dapur, juga pemakaian gas pendingin CFC pada kulkas, AC, atau gas
bertekanan tinggi pada alat-alat penyemprot seperti parfum atau obat
nyamuk, serta gas panas metana dari kotoran hewan dan manusia. Semua gas
tersebut begitu lepas ke atmosfir akan membentuk payung raksasa yang
membuat bumi semakin panas, seperti tutup panci.
Sebenarnya
uap air, sebagaimana percobaan di atas, adalah gas rumah kaca juga. Tapi
karena fenomena alami dan sifatnya yang cepat berubah menjadi hujan,
uap air bukanlah ancaman bumi. Justru karena siklus uap air inilah bumi
menjadi basah, segar dan hijau oleh kumpulan air hujan yang menjadi
danau, mata air dan aliran sungai, juga mengisi sumur-sumur.
Sebenarnya
gas rumah kaca seperti CO2 juga berfungsi baik bagi alam. CO2 diperlukan
oleh tumbuh-tumbuhan untuk proses fotosintesis, disimpan dalam bentuk
akar, batang, daun dan buah. Sayur bayam, ubi, kentang, biji padi, buah
papaya, pisang dan sebagainya adalah kumpulan zat karbon yang
dikumpulkan oleh tanaman dari gas CO2 yang bertebaran diudara. Ini
proses alami yang terjadi terus-menerus selama milyaran tahun semenjak
makhluk hidup di bumi mulai terbentuk.
Masalahnya,
dunia modern dengan industri yang semakin maju membawa dampak yang
melebihi daya dukung bumi. Manusia, lewat industriaslisasi, membuat
produksi karbon dioksida berlipat ganda. Pada saat yang sama, bukannya
menambah jumlah pohon untuk menyerap CO2, manusia justru membabat hutan
baik untuk pemukiman atau pembukaan ladang. Lebih buruk lagi, demi
tercapai tujuan pembebasan lahan yang lebih cepat, mereka bukan
menebang, tapi membakar hutan.
Fenomena yang
sama juga terjadi pada komunitas petani. Agar segera bisa menanam padi
dan mengejar uang, para petani bukannya menimbun sisa-sisa batang padi,
tapi membakarnya. Mereka bilang kalau harus dikumpulkan dan membiarkan
membusuk secara alami menjadi pupuk, ini memerlukan waktu yang cukup
lama dan perlu banyak tenaga yang berarti juga ekstra biaya.
Kembali lagi sifat keserakahan manusia yang menjadi akar penyebab pemanasan bumi.
AYO BIKIN PERCOBAAN LAGI
Dengan
tutup dari kaca, teman-teman bisa melihat dengan mata telanjang
fenomena yang terjadi dalam panci. Kita jadi semakin mudah memahami apa
itu panas bumi. Untuk lebih mendalami apa itu efek rumah kaca dan panas
bumi, ayo sekarang kita adakan percobaan lagi. Bawa panci berisi sedikit
air ke halaman rumah saat matahari terik. Oh, jangan lupa tutup
pancinya.
Perhatikan,
hanya dalam beberapa menit, kalian semua segera tahu uap air menempel
di permukaan tutup panci, kaca menjadi buram. Seperti itulah gambaran
gas rumah kaca, lapisan mirip awan ini meneruskan panas matahari ke
bumi, tetapi sekaligus memantulkan panas dari bumi, membuat suhu semakin
panas.
Untuk
membuktikan, kamu bisa meletakkan thermometer di dalam dan diluar
panci. Meski sama-sama terkena sinar matahari, tapi thermometer yang di
dalam panci menunjukkan angka yang lebih tinggi. Karena tutup panci
membuat panas berlebih. Teman-teman pasti tidak ingin berada didalam
panci tertutup seperti itu kan? Jadi seperti itulah kondisi bumi jika
gas rumah kaca semakin menumpuk, kita seperti berada di bawah penutup
panci raksasa. Panas matahari tembus, dan efek panasnya tidak bisa lepas
ke angkasa, tapi terperangkap di bawahnya.
Pengertian Tentang Sampah
Apa itu sampah ?
Dulu, kebanyakan orang mengartikan sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sebenarnya sampah mempunyai nilai ekonomis jika ditangani dengan baik, di mana harus dimulai dengan pemilahan sampah.
Jenis - Jenis Sampah
Sampah Organik
Sampah yang berasal dari mahluk hidup yang MUDAH DIURAI serta diubah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari air dan tanah.
Contoh sampah organik
Sampah Non-Organik
Sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti mineral dan minyak bumi yang TIDAK MUDAH TERURAI dengan tanah.
Contoh : plastik, besi, logam, kaleng, karet, kaca, gelas.
Contoh sampah non-organik
B3 (bahan beracun dan berbahaya)
(B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999).
Contoh sampah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
Penanganan Sampah Saat Ini :
- Dibakar
- Ditanam / ditimbun
- Dibuang ke sungai
- Diambil oleh petugas sampah
Semua penanganan sampah diatas selama ini mempunyai berbagai dampak Negatif
Akibat Pembakaran Sampah Non Organik (terutama plastik)
Menghasilkan
dioksin yaitu senyawa berbahaya yang apabila dihirup manusia dampaknya
antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati,
gangguan sistem syaraf dan depresi.
Akibat Pembuangan Sampah ke Sungai
http://semaloi.blogspot.com/2009/11/semaloi-kampungku.html
m.okezone.comdetik.com/readfoto/http://www.oceantrustfilm.org
Akibat Pembuangan Sampah ke Sungai
- Sampah plastik yang tidak terurai menyumbat saluran air di daerah perkotaan dan perumahan .
- Sampah plastiksering terbawa ke daerah persawahan, menyumbat saluran irigasi yang akhirnya dikumpulkan dan dibakar oleh para petani, ini menambah penyebaran racun dioksin di udara.
- Banjir di musim hujan. Foto di bawah ini adalah banjir di daerah Kuta dan Denpasar yang merupakan daerah dataran rendah di Bali. Banjir di dataran rendah yang salah satu diakibatkan karena kiriman sampah dari daerah yang lebih tinggi.
- Arus laut dan angin membawa sampah plastik menumpuk di lautan terbuka dan di bawah laut.
- Sampah
plastik akan mencemari laut dan dimakan oleh binatang laut yang dapat
berakibat pada keracunan dan kematian. Hasil laut pun tidak aman untuk
dikonsumsi manusia.
Akibat Menimbun/Menanam Sampah Non Organik
- Plastik memerlukan waktu 200-1000 tahun untuk terurai.
- Jika ditanam di dalam tanah, plastik mengalami pemanasan dan mengeluarkan dioksin (racun yang berbahaya) yang merembes ke dalam tanah, mencemari tanah serta sumber air.
Akibat pembuangan sampah yang dilakukan oleh petugas sampah namun tidak dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA) resmi.
- Tidak adanya fasilitas dan penanganan sampah yang benar di TPA yang tidak resmi mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitar TPA tersebut seperti pencemaran udara (bau busuk), pencemaran air dan tanah.
- Misal satu lapangan sepak bola bisa menampung 400 truk, dalam satu hari untuk sampah disebuah desa wisata diangkut oleh minimal 3 truk sampah. Berapa lapangan sepak bola yang diperlukan untuk menampung sampah desa tersebut dalam 5 tahun?
TPA
yang tidak resmi ada dibeberapa lokasi yang merusak pemandangan Bali
sebagai tujuan pariwisata serta pencemaran lingkungan, sebagai tempat
pembuangan sampah tidak resmi dari desa dan masyarakat disekitarnya.
Hitungan kasarnya, 3 X 365 X 5.
Kita ambil contoh angka 5000 truk dalam 5 tahun, itu sama artinya dengan 12,5 lapangan bola untuk penampungan sampah
Apa Yang Bisa Kita Lakukan Untuk Melestarikan Alam
Stop membakar sampah.- Stop membuang sampah ke sungai.
- Stop membuang sampah sembarangan (karena pada musim hujan sampah akan terbawa ke got & sungai).
- Stop mengubur sampah plastik.
- Melakukan pemilahan sampah, sehingga sampah produk plastik bisa dikumpulkan dan dijual.
- Manfaatkan sampah organik menjadi pupuk organik / kompos untuk keperluan kebun sendiri.
- Menanam pohon karena pohon menyerap karbondioksida yang dapat mengurangi efek pemanasan global. Pohon juga merupakan PABRIK oksigen bagi seluruh mahluk hidup.
- Mengkonsumsi pangan organik (Bahan pangan yang dihasilkan dari pertanian / perkebunan yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia). Sehingga petani terdorong untuk melakukan pertanian & perkebunan organik yang ramah lingkungan, mengingat pestisida kimia yang digunakan oleh petani akan mencemari air dan tanah. Sedangkan residu/sisa pestisida yang terdapat dalam tanaman dan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya kanker. Bahkan menurut penelitian para ahli, ASI (Air Susu Ibu) juga sudah tercemar pestisida. Dengan mengkonsumsi bahan organik masyarakat juga dapat terhindar dari kekurangan nutrisi tersembunyi. mengingat pupuk organik bersumber dari berbagai dedaunan atau bahan organik lain yang mengandung berbagai macam unsur dan kemudian diurai dalam proses pembuatan pupuk organik, dimana semua unsur tersebut tidak dapat diberikan secara lengkap oleh pupuk non organik (Pupuk Kimia).
- Menggunakan energi secara efisien contoh: mematikan lampu,TV apabila tidak digunakan, menggunakan bola lampu hemat energi, menggunakan sepeda/jalan kaki untuk tujuan yang dekat, menggunakan mobil bersama-sama ke tujuan yang sama. Mengingat listrik banyak dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga diesel atau batu bara yang menghasilkan karbondioksida dalam operasinya dan semakin banyak mobil atau motor yang bergerak berarti semakin banyak gas karbondioksida yang dilepaskan ke udara yang akkan memperparah pemanasan global.
- Lakukan 3 ‘R’ pada sampah plastik - Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang)
Gerakan 3R
REDUCE = mengurangi penggunaan plastik atau bahan yang didapat dengan menebang pohon.
- Bawa tas dari rumah jika akan belanja.
- Pakai sapu tangan dari pada tissue (Boros tissue = Pohon habis untuk bahan baku)
- Lebih baik mengisi ulang botol air minum daripada membeli yang baru.
- Gunakan daun untuk membungkus makanan sebagai pengganti kertas minyak/styrofoam/plastik.
REUSE = memakai kembali
- Usahakan menggunakan kertas bolak-balik (menulis pada kedua sisi kertas). Bahan baku kertas adalah pohon, dengan cara memakai kembali kertas maka mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang.
- Kalau harus menggunakan tas kresek, simpanlah agar dapat digunakan kembali.
- Bekas botol bisa dipakai tempat pensil.
- Kaleng susu bisa dipakai pot bunga.
RECYCLE = daur ulang
- Gelas plastik bisa dipakai kap lampu.
- Bungkus plastik bisa diubah menjadi tas, dompet.
- Membuat kompos dari sampah sisa makanan atau daun untuk tanaman.
Contoh berkebun di lahan yang terbatas
Siklus Unsur Hara di Alam
Daun yang jatuh di tanah, kotoran dan jasad hewan serta manusia ke- mudian diurai oleh mikro-organisme di tanah kembali menjadi unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
Terjadi perpindahan unsur hara dan juga dalam bentuk senyawa vitamin, lemak, protein, gula, dll dari tanaman ke hewan ke manusia yang kemudian kembali ke tanah.
Apa itu Unsur Hara?
Unsur yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Contoh: unsur P (Phosphor), unsur K (Kalium), S (Sulphur / Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium), unsur Mo (Molibde- num), Fe (Besi), Cu (Tembaga), Zn (Seng), B (Boron), Cl (Chlor) dan Mn (Mangan)
Tubuh manusia memerlukan se- mua unsur di atas namun tubuh manusia tidak dapat langsung mengambil unsur tersebut dari tanah melainkan lewat tanaman atau setelah diproses oleh tana- man atau hewan dalam bentuk vitamin, mineral, serat, protein,lemak.
Jadi sangat penting mengkonsumsi pangan yang ditumbuh kembangkan di tanah yang kaya akan unsur-unsur tersebut di atas. Sehingga tubuh bisa terhindar dari kekurangan nutrisi tersembunyi.
Mengingat tubuh manusia memerlukan 14(empat belas) unsur agar dapat tumbuh dan berkem- bang dengan baik. Yang dimak- sud dengan kekurangan nutrisi tersembunyi adalah seseorang yang tidak mendapat cukup un- sur-unsur yang diperlukan oleh tubuh karena bahan makanan yang dikonsumsi tidak menda- pat unsur tersebut dari tanah di- mana tanaman tersebut ditanam.
Membakar = Memutus Siklus Alam
Membakar sampah organik berarti memutus siklus alam. Dimana unsur yang terkandung di dalam sampah organik tersebut hilang tidak kem- bali ke tanah.
Sehingga menyebab- kan tanah menjadi miskin unsur hara (tidak subur) dan tergantung pada penggunaan pupuk buatan yang apa- bila digunakan berlebihan justru ber- dampak pada kerusakan pada tanah.
Apa itu Mikro-organisme?
Kelompok mahluk hidup yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata langsung yang ber- fungsi untuk:
- menguraikan bahan organik di dalam tanah,
- menyediakan unsur hara,
- membantu penyerapan unsur hara bagi tanaman,
- merangsang pertumbuhan tana- man,
- pengontrol alami pertumbuhan mikroba yang berbahaya.
Apa itu Pemanasan Global?
- MENINGKATNYA SUHU RATA_RATA di permukaan bumi, yang diakibatkan oleh gas-gas rumah kaca terlalu berlebihan dan berkurangnya jumlah pohon di bumi yang berfungsi untuk menyerap karbondioksida.
- Contoh gas-gas rumah kaca : karbondioksida, gas metan, gas CFC, NO2, dll)
- Gas-gas rumah kaca dihasilkan dari aktifitas manusia seperti membakar sampah, pembakaran hutan, asap kendaraan bermotor, penggunaan AC, asap pabrik dan penggunaan pupuk kimia.
Dampak Pemanasan Global
- Cuaca ekstrim di mana pada musim panas suhu udara menjadi sangat panas sehingga dapat menimbulkan kebakaran hutan. Dan pada saat musim dingin suhu udara pun menjadi lebih dingin.
- Karena suhu yang tinggi maka terjadi penguapan air laut dan air di daratan menjadi lebih besar, sehingga di daerah curah hujan tinggi menjadi semakin tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir.
- Terjadi pergeseran musim sehingga di daerah yang curah hujannya rendah semakin jarang turun hujan sehingga menyebabkan kekeringan dan gagal panen.
- Mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan, naiknya permukaan air laut yang sudah menenggelamkan beberapa pulau.
Bumi Yang Hijau Bersih Dan Lestari
Dalam
wacana Bumi yang hijau, bersih dan lestari, masyarakat dihimbau untuk
lebih rajin menanam pepohonan, bunga atau tanaman sayuran di sekitar
rumah. Dengan makin banyaknya pepohonan dan tanaman sayuran, rumah
tangga akan makin paham pentingnya penggunaan sampah untuk pupuk kompos.
Tanaman ini selain membuat indah pemandangan, juga menjadi sumber sayur
mayur rumah tangga, sehingga tercipta keluarga yang sehat dan mandiri,
tercukupi kebutuhan sayuran yang sehat karena tersedianya pupuk organik
(bukan kimia) hasil dari rumah tangga sendiri. Dan yang paling penting
untuk situasi sekarang adalah dengan menanam pohon berarti masyarakat
telah ikut berpartisipasi menyelamatkan bumi dari dampak pemanasan
global, mengingat pepohonan akan membantu menyerap karbondioksida,
sebagai salah satu gas penyebab pemanasan global, yang dihasilkan dari
berbagai aktifitas manusia seperti transpostasi , pabrik, pembangkit
listrik dan sebagainya. Pepohonan yang rindang dapat berfungsi sebagai
AC alami karena dapat menurunkan suhu udara disekitarnya, disamping
akarnya dapat menyerap air hujan sehingga membantu kita terhindar dari
banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Tradisi
menanam, menggunakan pupuk alami, dan memelihara keseimbangan alam
bukan hal baru dalam tradisi Hindu Bali. Hal ini bisa dilihat dalam
beberapa praktek di masyarakat, yang masih kita biasa lihat sampai
sekarang misalnya:
- Pengantin baru biasanya diwajibkan menanam tunas kelapa yang merupakan bagian dari upacara perkawinan.
- Di desa Tenganan Pegringsingan di Karangasem warga desa harus mendapatkan ijin untuk menebang pohon dan bahkan setiap orang yang memotong pohon di wajibkan menanam satu pohon sebagai pengganti.
- Di Pura Besi Kalung, Tabanan, yang daerahnya selalu selalu tampak hijau dan asri , masyarakat pengemong pura memegang tradisi memendem/mengubur (tidak diperbolehkan membakar) dedaunan disekitar pura karena pepohonan disekitar pura tersebut dianggap sebagai wujud rambut Tuhan, atau dalam istilah setempat disebut rambut Ida. Hal ini sejalan dengan ajaran dalam sastra Hindu, bahwa alam semesta adalah Tuhan itu sendiri, Sarwam Kalu Idam Brahman.
- Di Subak Selat, Desa Buahan, Payangan, petani tidak menggunakan pestisida, karena mereka memegang pesan leluhur agar manusia tidak membunuh kecuali untuk dimakan. Semua makhluk yang berada di wilayah subak berhak hidup dan memiliki peran saling melengkapi dalam keharmonisan dan keseimbangan alam. Penggunaan pestisida kimia tidak hanya membunuh hama, namun juga binatang lain yang ada di habitat persawahan. Maka tidak heran sekarang semakin sulit menemukan binatang seperti blauk ( anak Capung), jubel, nyalian (ikan), kakul (Siput) belalang, jengkerik, cacing tanah, dan sebagainya.
Petunjuk Pengolahan Kompos
Pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol
proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Petunjuk membuat kompos dengan menggunakan lubang kompos
- Gali lubang di tempat yang tidak terpapar matahari langsung dengan ukuran satu meter kubik
- Isi lubang dengan sampah organik
- Taburkan tanah secara berkala untuk menghindari bau
- Kalau sudah penuh tutup dengan tanah
- Gali satu lubang lagi untuk diisi sampah organik dan pada saat lubang yang kedua ini penuh, sampah organik di lubang yang pertama (setelah 3 sampai 6 bulan) sudah menjadi kompos dan siap diambil untuk digunakan memupuk tanaman.
- Setelah kompos diambil dari lubang pertama, lubang ini siap untuk diisi kembali dengan sampah organik
Cara
pembuatan kompos di atas sangat sederhana dan sepenuhnya bergantung
pada biota dalam tanah termasuk mikro-organisme, cacing tanah dan
lain-lain untuk melakukan penguraian bahan-bahan organik menjadi unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman.
Untuk mempercepat proses pengomposan bisa dilakukan dengan melakukan pengontrolan beberapa faktor yakni :
- Memperkecil ukuran sampah organik agar lebih cepat diurai dalam lubang oleh mikro-organisme
- Membuat bahan organik dalam keadaan lembab sehingga mikro organisme cepat berkembang sebagai mahluk pengurai dan bekerja dengan cepat. Ini dapat dilakukan dengan menyiram lubang secara berkala (menyiram dengan air cucian beras akan lebih bagus)
- Memberikan sirkulasi udara pada lubang agar bakteri yang berkembang dalam mengurai sampah adalah bakteri aerob (bakteri yang hidup memerlukan oksigen) dan proses penguraian tidak menghasilkan bau busuk . Ini dapat dilakukan dengan memasukan dahan dan ranting di antara sampah sehingga terdapat rongga pertukaran udara. Memasukkan bambu yang sudah dilubangi juga bisa sebagai alternatif.
- Menambah jumlah bakteri dalam lubang dengan menambahkan bakteri dari luar (dipasaran sekarang banyak bakteri pengurai yang dijual seperti EM, singkatan dari Effective Microorganism) . Perhatikan cara penggunaannya sesuaikan dengan petunjuk yang biasanya ada pada botol kemasannya.
- Campurkan sampah daun yang berwarna hijau yang banyak mengandung unsur nitrogen seperti guntingan rumput dan sampah yang mengandung karbon seperti sampah daun tua yang berwarna coklat dengan perbandingan 1:30
Catatan:
Kalau lahan terbatas sehinga tidak memungkinan membuat lubang dengan ukuran 1 kubik maka kompos dapat dibuat dalam karung dengan memasukan sampah organik yang berasal dari daun daunan dipekarangan kedalam karung dengan sebelumnya menyeprotkan bakteri (bioactivator propuri) secara merata dan akan lebih bagus kalau ukuran sampah diperkecil.
Atau dengan alternatif lain :
MEMBUAT SUMUR BIOPORI (Resapan)
- Gali lubang bentuk silinder, di- ameter 10 – 30 cm, kedalaman80 – 100 cm (boleh kurang jika muka air tanah dangkal)
- Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain 50 – 100 cm
- Isi lubang dengan sampah or- ganik (sampah dapur, daun, rumput). Tambah terus sampah organik jika isi lubang berkurang akibat pembusukan
- Perkuat mulut lubang dengan memasukkan paralon (10 cm) dan pinggir mulut lubang dise- men agar tidak longsor.
Sumur biopori, cara mudah untuk :
•Mengatasi banjir karena meningkatkan daya resapan air•Menyuburkan tanah
•Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria
Petunjuk Pembuatan Kompos Cair menggunakan tong kompos.
- Rajang / Cincang Sampah Organik hingga ukuran kecil 1 sampai 2 cm.
- Semprotkan cairan Bioaktivator seperti PROPURI tepat mengenai sampahnya sambil diaduk agar merata.
- Masukkan rajangan sampah organik kedalam drum komposter. Pengisian sampah pada komposter bisa setiap saat dan berulang-ulang dalam sehari.
- Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan kompos cair (Lindi) minimum 2 minggu, setelah itu bisa diambil setiap hari.
Cara Penggunaan PROPURI :
- Isi sprayer dengan air sumur. Apabila ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan dulu selama 24 jam agar kaporitnya menguap.
- Tambahkan PROPURI kedalam Sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah 1 atau 2 tutup PROPURI.
- Kocok-kocok sprayer sampai merata.
- Cairan siap untuk disemprotkan.
Jenis-jenis Sampah Organik misalnya sisa
makanan, sayuran, buah, dedaunan, tulang ikan, kulit udang, nasi, kulit
pisang, dan sebagainya.
Tips :
- Dianjurkan setelah dipotong-potong terus disemprotkan dengan PROPURI yang telah dicampur air hingga merata, kemudian baru dimasukkan kedalam tong komposter.
- Oleskan sabun colek / Vaselin atau Gemuk pada bagian atas komposter untuk mencegah belatung naik kepermukaan komposter.
- Untuk menghilangkan belatung, pipa ventilasi kiri-kanan ditutup rapat dengan plastik dan diikat dengan karet. Biarkan +/- 2 hari. Untuk menghilangkan ulat hitam yang membandel, siram dengan air panas kemudian semprotkan PROPURI kembali kedalam tong.
- Letakan komposter pada tempat yang teduh, jangan diletakkan dibawah terik matahari.
- Jika ada bau yang menyengat didalam komposter, semprotkan segera cairan bioaktivator (PROPURI).
- Jika air lindi-nya bau, campurkan air 1 : 5 ( 1 botol Lindi dicampur dengan 5 botol air) kemudian di dalam botolnya ditambah kapur sirih 1 sendok makan dicairkan dengan air sedikit lalu dituangkan ke dalam botol lindi. Lindi akan menjadi agak jernih dan baunya hilang.
Petunjuk Penggunaan Kompos Cair (Lindi).
- Keluarkan Lindi melalui kran komposter.
- Tampung didalam botol / wadah dan tambahkan 1(satu) tutup PROPURI untuk mengurangi bau.
- Lindi didiamkan / disimpan selama 2 (dua) hari
- Untuk Penggunaan, campurkan Lindi dan air dengan perbandingan 1 : 5 ( 1 liter lindi dicampur 5 liter air )
- Siram tanaman dengan air yang telah dicampur dengan Lindi
Belatung / Ulat yang ada dalam tong kompos adalah larva dari lalat atau serangga
yang telah bertelur di sisa makanan atau bahan organik lain sebelum
dimasukan ke dalam tong kompos dan selanjutnya telur lalat meneruskan
evolusi menjadi belatung sebelum menjadi pupa dan kemudian menjadi
lalat. Dengan terisolasi dalam tong berarti populasi lalat di sekitar
rumah juga akan berkurang bahkan tidak ada.
Menunggu Reinkarnasi Dang Hyang Nirartha
Lima
ratus tahun lalu Ida Pedanda Wawu Rauh, lebih dikenal sebagai Dang
Hyang Nirartha, meluruk perjalanan panjang dari kerajaan Kediri melewati
reruntuhan Majapahit menuju Bali. Misi utama: Melindungi Bali dari
ancaman pengaruh asing.
Dang Hyang Nirartha mempelajari
keruntuhan Majapahit dimulai dari daerah-daerah pesisir yang dikuasai
pedagang India dan Arab. Jadi Hindu tersingkir tidak serta merta karena
masuknya agama baru kerajaan yang dianut oleh seluruh anggota
masyarakat, dan tiba-tiba diadopsi oleh Raden Patah dan segera sang raja
memindahkan pusat kerajaan ke Demak. Runtuhnya Majapahit sebagai
kekaisaran Hindu dimulai dari daerah pinggiran pantai. Dimana komunitas
pedagang yang mandiri dan lepas kari kekuasaan kerajaan mulai
menancapkan pengaruhnya. Pusat kekuasaan kerajaan menjadi ompong karena
titik terluar mulai keropos digembosi pengaruh asing.
Belajar dari pengalaman Majapahit, sang pedanda membawa misi khusus ke Bali: mendirikan benteng di seluruh pinggir pantai Bali, agar pulau ini kebal dari pengaruh asing.
Benteng yang dimaksud Dang Hyang bukan benteng fisik seperti buatan
Belanda atau Jepang atau kekuatan militer lain. Benteng tersebut lebih
bersifat niskala, diwujudkan dalam bentuk pura.
Lima ratus
tahun lalu membuat pura besar di pinggir pantai tidaklah umum dan kurang
mendapat dukungan kerajaan setempat. Pura besar setingkat sad kahyangan
atau kahyangan jagad biasanya di puncak atau setidaknya di lereng
gunung. Tetapi Dang Hyang Nirartha punya argumen dan thesis berbeda.
Kalau tidak dibentengi pura, nasib Bali akan sama dengan Jawa, Sumatra,
Kalimantan dan hampir semua bekas kerajaan Majapahit lainnya.
Argumen ini,
berikut bukti kejatuhan Mahapahit, tampaknya cukup membuat penguasa dan
masyarakat Bali mengerti. Karena banyak dari mereka juga adalah
pelarian dari kerajaan Jawa Timur ini. Sembilan pura sad kahyangan tegak
berdiri. Dimulai dari Perancak, kemudian ke Pulaki, balik lagi ke
Rambut Siwi, terus memutar ke Tanah Lot, Uluwatu, Serangan, Dalem Peed
di Nusa Penida, Goa Lawah dan Ponjok Batu. Meski perhatian utama
Nirartha pada pura-pura tepi pantai sebagai benteng spiritual Bali,
beliau sebenarnya juga sangat perhatian pada pura-pura di daerah
pedalaman. Di mata Dang Hyang, pura-pura inilah, selain tempat ibadah,
juga sebagai benteng kekuatan Hindu.
Visi Dang
Hyang Nirartha benar adanya. Meski diapit pulau-pulau yang penduduknya
mempunyai keyakinan berbeda, Bali kokoh tegak sebagai kerajaan Hindu.
Bahkan pada beberapa dekade kerajaan Hindu Bali menguasai Lombok Barat
dan sebagian Jawa Timur. Keberadaan masyarakat Hindu di Lombok Barat
adalah bukti kekuasaan Bali.
Namum
akhir-akhir ini sepertinya pura-pura di Bali justru mendapat gempuran
dari dalam, dari orang Bali sendiri. Kawasan pura memang bersih, tapi
sudah jamak area disekelilingnya penuh dengan sampah plastik. Dari satu
sisi, komersialisasi pura menjadi objek wisata telah membawa dampak
serius terutama dalam penanganan sampah. Dari sisi lain, sifat
konsumerisme masyarakat Bali perlahan mengubah cara pandang mereka atas
persembahan. persembahan hanya berupa hasil panen, buah-buahan, padi, hasil kebun dan
sawah, atau olahan dan masakan dapur berupa makanan dan jajanan pasar.
Kini yang termasuk persembahan, diluar buah-buahan dan hasil olahan
dapur dan jajanan pasar adalah hasil industri modern seperti permen,
minuman ringan dalam kaleng/botol, biskuit, roti, susu kotak,coklat
batangan. Yah, daftarnya sangat panjang.
Bisakah suatu
saat lingkungan pura-pura di Bali terbebas dari sampah plastik yang
mengganggu? Tentunya bisa, jika kita menyadari Tuhan tidak menghendaki
sesajen yang berakibat samping, mengotori rumah Tuhan dan dalam jangka
panjang meracuni manusia serta makhluk hidup disekelilingnya. Bisa
seandainya kita menyadari tiap tahun ada para relawan sampah plastik
mengumpulkan berton-ton sampah plastik yang dibuang sembarangan
dikawasan pura, terutama pura-pura yang berada dikawasan pegunungan.
Tidak ada
tersebut dalam lontar atau buku suci Hindu yang lain bahwa Bali
sebaiknya mendirikan pura-pura di pinggiran pantai agar terlindung dari
pengaruh asing. Mendirikan pura di pinggir pantai adalah hasil
komunikasi Dang Hyang Nirartha dengan Hyang Widhi Wasa.
Hal yang
hampir sama: tidak ada lontar atau buku suci Hindu yang melarang
persembahan kepada Tuhan berbungkus plastik. Industri plastik baru lahir
beberapa dekade lalu seiring ditemukannya ladang minyak. Jadi kalau ada
ajakan atau petunjuk untuk tidak menggunakan sesajen yang
berbungkus plastik, petunjuk tersebut tidak harus ada didalam lontar
atau sastra suci hindu lainnya terlebih dahulu.
Sudah ada
pedanda atau pemangku yang menghimbau perlunya menjauhkan persembahan
ataupun aksesori upacara dari plastik. Kita pernah mendengar orang yang
disucikan menolak melanjutkan upacara atau perjalanan menuju pura karena
ada aksesoris plastik melintang dan menghadang. Ini petunjuk awal bahwa
plastik seharusnya jauh dari bagian upacara.
Kita menunggu
kehadiran, atau lebih tepatnya reinkarnasi, spirit Dang Hyang Niratha
di masa kini, yang memiliki visi jauh ke depan. Dang Hyang Nirartha
membangun pura-pura yang melindungi Bali selama ratusan dan mungkin
ribuan tahun ke depan. Sang Dang Hyang baru diharapkan memiliki visi
menjaga pura-pura Bali dari aliran sampah plastik baik hasil
komersialisasi maupun persembahan.
Seperti
kokohnya pura yang bertahan ratusan tahun, sampah plastik, dari sisi
yang berlawanan, juga tidak hancur dalam ratusan tahun.
Bagaimana
memulai dari diri kita, dalam kehidupan sehari-hari? Silahkan jauhkan
persembahan dari berbagai aneka makanan berbungkus plastik. Plastik
tidak hancur dalam ratusan tahun. Pun kalau bisa hancur sendiri atau
dimusnahkan dengan api, residu dan asap dari pembakaran plastik sangat
berbahaya bagi kesehatan. Mengotori udara, tanah pertanian, dan larut
menuju sumber-sumber mata air yang kita konsumsi.
Di
negera-negara maju, ada peraturan ketat agar sampah plastik hanya bisa
didaur ulang menggunakan mesin pemanas berkemampuan ribuan derajat
Celcius dan berkompresi tinggi. Ini menghindari residu terbuang ke udara
bebas. Residu berupa toxin(racun) yang sangat berbahaya bagi tubuh
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Hal kedua
yang bisa dilakukan adalah mempertimbangkan kembali dalam menggunakan
persembahan dari makanan industri. Banyak makanan hasil olahan pabrik,
selain berbungkus plastik, kaleng atau kaca, mengandung pemanis, perasa,
pewarna dan pengawet buatan(kimia). Bahan-bahan buatan tersebut adalah
berbahaya bagi tubuh manusia dalam jangka waktu lama. Kita tidak ingin
mencampur persembahan kepada sang Hyang Widhi Wasa dengan bahan-bahan
yang berbahaya, sekecil apapun itu.
Dikalangan
masyarakat Hindu India ada keyakinan untuk mempersembahkan madu dan susu
kepada Tuhan. Karena madu dan susu adalah makanan terbaik sepanjang
zaman, jadi memang yang terbaik yang dipersembahkan kepada Tuhan. Dengan
demikian bisa kita simpulkan permen, minuman ringan, biskuit, coklat
batangan dan sejenisnya yang berbungkus plastik dan mengandung
bahan-bahan berbahaya bukanlah yang terbaik bagi persembahan yang
sejatinya untuk kita sendiri dan akan kita nikamati sebagai prasadan
atau lungsuran.
Ada istilah
setitik nila rusak susu sebelanga. Demikian pula hendaknya persembahan
yang agung tidak boleh ternoda oleh racun berbahaya yang membatalkan
niat suci mengagungkan Tuhan. Sekecil apapun racun itu, misalnya dalam
bentuk bahan pengawet atau perasa.
Ada
pertanyaan, kalau tidak terbungkus rapat, sering persembahan mengundang
semut, serangga atau binatang kecil lainnya datang menikmatinya.
Jawabannya, justru itulah tujuan persembahan, untuk dinikmati oleh
seluruh sekalian alam. Mereka seperti halnya manusia, adalah perwujudan
Tuhan juga.